Sunday, August 13, 2017

MIMPI YANG TERHALANG KEBUTUHAN


Ada banyak puisi, syair, lagu, lukisan, sebuah karya seni apapun itu yang menjelaskan pentingnya bermimpi dan menggapai mimpi tersebut.
Berhak, sebuah kewajiban mutlak tanpa ada paksaan bagi setiap orang, gw yakin setiap manusia yang hidup, terdidik maupun tidak terdidik, terpelajar maupun tidak terpelajar, pejabat, anak kecil, pengamen, pengemis, jomblo, janda, duda, kakek, nenek apapun itu dan siapapun itu pasti dalam benak hatinya , jiwanya mempunyai mimpi yang menurut dia itu adalah kehidupan yang paling indah. Bahkan jika seekor kucing bisa berbicarapun pasti dia akan men      ceritakan mimpi dan harapannya.
Seberapa pentingkah mimpi itu?
Seberapa indahnya sebuah mimpi?
Seberapa nikmatnya mimpi?
Gw gak akan percaya tentang ini,
Gw gak bisa menceritakan secara detail, menjelaskan rasanya mimpi yang tercapai.
Karena, sampai saat ini gw seorang manusia yang masih hidup dengan harapan-harapan serta angan yang di batasi tanda tanya tentang mimpi.
Untuk hidup kita perlu sebuah mimpi, tanpa mimpi kita tidak hidup.
Mimpi itu sebuah tujuan, yang kita harus mencapainya dengan cara apapun itu, bagaimanapun itu, seperti apapun itu.
Seperti seorang bocah yang terobsesi  dengan tayangan kartun super hero ,
“Kalo udah gede aku ingin menjadi Spiderman”
“Aku ingin menjadi Thor”
Mereka tak perlu memikirkan bahwa kedua tokoh tersebut hanyalah ada di dunia fiksi, yang penuh tanda tanya, dalam benaknya, mereka ingin menjadi manusia hebat, mempunyai kekuatan, dan penyelamat bagi keluarga serta manusia lain.
                Memang indah, sangat-sangat  indah kehidupan dan dunia anak-anak , mereka tak perlu memikirkan susahnya mencari uang, pahitnya mencari sesuap nasi, ketirnya mendapatkan apa yang kita inginkan.
Namun kenapa, semuanya berubah saat seorang anak kecil tersebut beranjak dewasa,  mengenal arti kehidupan yang  sebenarnya, bahwa isi perut lebih penting dan mengalahkan segala impiannya di masa kecil.
                Ok, gw gak tau apa yang sebenarnya terjadi di pikiran manusia-manusia lain, namun gw melihat beberapa cerita dan kisah dari sahabat gw, saudara, teman,bahkan orang yang baru saja gw kenal di suatu tempat umum dan tanpa sengaja berbincang mengenai mimpi.
4 dari 5 orang memilih untuk bekerja dengan profesi apapun itu, bidang apapun itu, yang mereka sendiri tidak senangi.
Permasalahannya Cuma satu, ya, ekonomi.
Mereka harus bekerja mendapatkan uang sampai larut malam, dan secara perlahan mereka hidup tanpa menaruh harapan akan pekerjaanya tersebut.
                Pernah mendengar atau melihat berita di media masa tentang seorang anak yang pintar terpaksa memungut sampah demi kehidupan keluarga?
Pernah mendengar tentang seorang remaja berprestasi  terpaksa keluar sekolah karena harus menghidupi keluarga?
Ada, ada banyak bahkan mungkin tak terhitung berapa jumlahnya.
Bisa saja lu bilang “kenapa gak lanjut aja, kan berprestasi, pasti ada beasiswa dong?”
Memang benar apa yang diucapkan tersebut, tapi, tapi, tapi, fakta di lapangan mengatakan hal tersebut sangat kecil kemungkinannya.
Motivasi akan kalah dengan rasa lapar, kata-kata mutiara akan hilang dengan rasa lapar, bahkan seseorang akan menganggap mereka si pemberi motivasi hanyalah si omong kosong, si mulut besar.
                Hidup memang keras, gak bekerja gak makan.
Tapi kenapa semua harus kita sangkut pautkan dengan ekonomi, dengan perut?
Apa tidak ada alasan lain yang lebih berbobot dan berkualitas untuk berhenti menggapai mimpi?
“Halahh, pikirkan saja apa yang kau mau, kami tidak peduli”
                Begitu mudahnya si anak kecil yang sudah dewasa  itu mengucapkan hal tersebut.
Gw gak mengerti kenapa jalan hidup bagi seorang rakyat biasa harus seperti ini, selalu saja ada halangan dan rintangan bagi mereka yang ingin menggapai mimpinya.
Cerita lama, sudah dari zaman dahulu seperti ini.
Rasanya bingung, bimbang dan merepotkan saat harapan-harapan itu muncul di sela-sela waktu menyendiri.
Teringat kembali, masa itu, waktu itu, hari itu, dimana dia menginginkan menjadi seorang “superhero”.
Sedih rasanya, ketika melihat teman sebayanya sudah menjadi maju selangkah, dua langkah di depannya, namun apa boleh buat, dia seolah harus menerima takdir itu sebagai takdir.

                Coba renungkan, berapa banyak teman kita, saudara kita, keluarga kita bahkan kita sendiri yang memiliki hal serupa, pesannya , jangan pernah menyerah, pasti ada jalan.

Tinggal niatan dalam hati saja, mau atau tidak untuk berusaha lebih keras dibanding mereka orang yang ekonomi berada.
Share:

10 comments: