Ada banyak puisi, syair, lagu, lukisan, sebuah karya seni apapun itu yang menjelaskan pentingnya bermimpi dan menggapai mimpi tersebut.
Berhak, sebuah kewajiban mutlak tanpa ada paksaan bagi
setiap orang, gw yakin setiap manusia yang hidup, terdidik maupun tidak
terdidik, terpelajar maupun tidak terpelajar, pejabat, anak kecil, pengamen,
pengemis, jomblo, janda, duda, kakek, nenek apapun itu dan siapapun itu pasti
dalam benak hatinya , jiwanya mempunyai mimpi yang menurut dia itu adalah
kehidupan yang paling indah. Bahkan jika seekor kucing bisa berbicarapun pasti
dia akan men ceritakan mimpi dan
harapannya.
Seberapa pentingkah mimpi itu?
Seberapa indahnya sebuah mimpi?
Seberapa nikmatnya mimpi?
Gw gak akan percaya tentang ini,
Gw gak bisa menceritakan secara detail, menjelaskan rasanya
mimpi yang tercapai.
Karena, sampai saat ini gw seorang manusia yang masih hidup
dengan harapan-harapan serta angan yang di batasi tanda tanya tentang mimpi.
Untuk hidup kita perlu sebuah mimpi, tanpa mimpi kita tidak
hidup.
Mimpi itu sebuah tujuan, yang kita harus mencapainya dengan
cara apapun itu, bagaimanapun itu, seperti apapun itu.
Seperti seorang bocah yang terobsesi dengan tayangan kartun super hero ,
“Kalo udah gede aku ingin menjadi Spiderman”
“Aku ingin menjadi Thor”
Mereka tak perlu memikirkan bahwa kedua tokoh tersebut
hanyalah ada di dunia fiksi, yang penuh tanda tanya, dalam benaknya, mereka
ingin menjadi manusia hebat, mempunyai kekuatan, dan penyelamat bagi keluarga
serta manusia lain.
Memang
indah, sangat-sangat indah kehidupan dan
dunia anak-anak , mereka tak perlu memikirkan susahnya mencari uang, pahitnya
mencari sesuap nasi, ketirnya mendapatkan apa yang kita inginkan.
Namun kenapa, semuanya berubah saat seorang anak kecil
tersebut beranjak dewasa, mengenal arti
kehidupan yang sebenarnya, bahwa isi
perut lebih penting dan mengalahkan segala impiannya di masa kecil.
Ok, gw
gak tau apa yang sebenarnya terjadi di pikiran manusia-manusia lain, namun gw
melihat beberapa cerita dan kisah dari sahabat gw, saudara, teman,bahkan orang
yang baru saja gw kenal di suatu tempat umum dan tanpa sengaja berbincang
mengenai mimpi.
4 dari 5 orang memilih untuk bekerja dengan profesi apapun
itu, bidang apapun itu, yang mereka sendiri tidak senangi.
Permasalahannya Cuma satu, ya, ekonomi.
Mereka harus bekerja mendapatkan uang sampai larut malam,
dan secara perlahan mereka hidup tanpa menaruh harapan akan pekerjaanya
tersebut.
Pernah
mendengar atau melihat berita di media masa tentang seorang anak yang pintar
terpaksa memungut sampah demi kehidupan keluarga?
Pernah mendengar tentang seorang remaja berprestasi terpaksa keluar sekolah karena harus
menghidupi keluarga?
Ada, ada banyak bahkan mungkin tak terhitung berapa
jumlahnya.
Bisa saja lu bilang “kenapa gak lanjut aja, kan berprestasi,
pasti ada beasiswa dong?”
Memang benar apa yang diucapkan tersebut, tapi, tapi, tapi,
fakta di lapangan mengatakan hal tersebut sangat kecil kemungkinannya.
Motivasi akan kalah dengan rasa lapar, kata-kata mutiara
akan hilang dengan rasa lapar, bahkan seseorang akan menganggap mereka si
pemberi motivasi hanyalah si omong kosong, si mulut besar.
Hidup
memang keras, gak bekerja gak makan.
Tapi kenapa semua harus kita sangkut pautkan dengan ekonomi,
dengan perut?
Apa tidak ada alasan lain yang lebih berbobot dan
berkualitas untuk berhenti menggapai mimpi?
“Halahh, pikirkan saja apa yang kau mau, kami tidak peduli”
Begitu
mudahnya si anak kecil yang sudah dewasa
itu mengucapkan hal tersebut.
Gw gak mengerti kenapa jalan hidup bagi seorang rakyat biasa
harus seperti ini, selalu saja ada halangan dan rintangan bagi mereka yang
ingin menggapai mimpinya.
Cerita lama, sudah dari zaman dahulu seperti ini.
Rasanya bingung, bimbang dan merepotkan saat harapan-harapan
itu muncul di sela-sela waktu menyendiri.
Teringat kembali, masa itu, waktu itu, hari itu, dimana dia
menginginkan menjadi seorang “superhero”.
Sedih rasanya, ketika melihat teman sebayanya sudah menjadi
maju selangkah, dua langkah di depannya, namun apa boleh buat, dia seolah harus
menerima takdir itu sebagai takdir.
Coba
renungkan, berapa banyak teman kita, saudara kita, keluarga kita bahkan kita
sendiri yang memiliki hal serupa, pesannya , jangan pernah menyerah, pasti ada
jalan.
Tinggal niatan dalam hati saja, mau atau tidak untuk berusaha lebih keras dibanding mereka orang yang ekonomi berada.